MRSA

Penyakit MRSA masih terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia. Tapi di AS, sudah menyebabkan 19.000 orang meninggal karena terinfeksi bakteri ini. Seperti apa penyakit MRSA?

MRSA atau methicillin-resistant Staphylococcus aureus adalah salah satu tipe bakteri Staphylococcus yang ditemukan pada kulit dan hidung yang kebal terhadap antibiotik. Setiap tahunnya lebih dari 90.000 warga Amerika Serikat berpotensi terinfeksi bakteri ini. Jumlah kematian akibat infeksi bakteri MRSA lebih banyak dibandingkan dengan angka kematian akibat AIDS. Saat ini diketahui ada dua tipe dari MRSA seperti dikutip dari Stopmrsanow, Kamis (1/10/2009), yaitu: Healthcare-Associated (HA-MRSA) yang biasanya ditemukan di rumah sakit dan tempat-tempat kesehatan lainnya. Serta Community-Associated (CA-MRSA) yang baru-baru ini ditemukan penyebarannya pada tempat-tempat umum seperti tempat fitnes, tempat penyimpanan barang (loker), sekolah dan perabotan rumah tangga. Bakteri MRSA biasanya menginfeksi orang atau anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah, jika daya tahan tubuhnya tinggi tidak akan menimbulkan gejala apapun. Bakteri yang dibawa oleh orang tersebut bisa berpindah ke orang lain dan menyebar dengan mudah melalui kontak kulit dan menyentuh barang yang sudah terkontaminasi.

MRSA sama seperti bakteri Staphylococcus lainnya, yang terlihat seperti infeksi kulit, jerawat, ruam, bisul atau gigitan laba-laba. Infeksi ini biasanya menyakitkan, merah dan bengkak. Infeksi ini bisa dengan cepat masuk ke dalam tubuh, menimbulkan bengkak yang menyakitkan. Bakteri ini dapat menembus ke dalam tubuh sehingga berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, jantung dan paru-paru yang bisa mengancam jiwa. Infeksi MRSA lebih sering menyebar di masyarakat, bahkan diantara anak-anak dan orang dewasa yang sehat sekalipun. Karena bakteri ini bisa menyebar dalam jarak yang dekat.

Gejala

Umumnya mulai sebagai benjolan merah kecil yang menyerupai jerawat, bisul atau gigitan laba-laba. Ini dapat dengan cepat berubah menjadi mendalam, menyakitkan abses yang memerlukan pembedahan melelahkan. Kadang-kadang bakteri tetap terbatas pada kulit. Tetapi bakteri juga dapat menembus ke dalam tubuh, berpotensi menyebabkan infeksi yang mengancam tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, katup jantung dan paru-paru, yang pada akhirnya mengancam jiwa seseorang.

Pencegahan
Cucilah tangan Anda. Mencuci tangan adalah hal paling penting guna mencegah tersebarnya MRSA.
Cucilah tangan:
• sebelum dan sesudah menyentuh atau membalut bagian yang terkena,
• sesudah ke WC,
• sesudah membuang ingus,
• sebelum menangani atau makan makanan,
• sebelum memegang bayi baru lahir,
• sesudah menyentuh atau menangani pakaian atau kain yang belum dicuci.

Mencucinya bagaimana?
Cucilah baik-baik semua bagian tangan dengan sabun dan kucuran air. Bilas dan keringkanlah sesudah dicuci. Tutupilah bisul dan infeksi kulit lainnya. Tutupilah bisul dan infeksi kulit lainnya di siang hari dengan balut kedap air. Anak yang terkena Impetigo (lepuh kecil atau luka berkerak berwarna madu pada kulit yang disebabkan kuman Staphylococcus atau Streptococcus) seyogyanya jangan dulu ke sekolah atau penjagaan anak sampai sudah sehari penuh diobati.

Jangan pinjam-meminjam:
• handuk, pakaian atau seprai kotor dan kalau tidur seranjang dengan orang lain, lukanya harus terbalut di malam hari,
• alat rias misalnya gunting kuku, pinset, pisau cukur dan sikat gigi.

Cucilah handuk, pakaian, seprai dan barang lain yang mungkin mengandung nanah atau MRSA di mesin cuci. Suhu yang mesti dipasang jangan dikuatirkan.
Keringkan pakaian dan kain di bawah sinar surya karena sinarnya membunuh kuman. Sendok, garpu, piring dsb boleh dicuci seperti biasa.

Perawatan
Di rumah sakit dan fasilitas perawatan, dokter sering mengandalkan vankomisin antibiotik untuk mengobati kuman resisten. CA-MRSA dapat diobati dengan antibiotik vankomisin atau lainnya yang telah terbukti efektif terhadap strain tertentu. Meskipun vankomisin menyelamatkan nyawa, hal itu mungkin menjadi kurang efektif juga. Beberapa rumah sakit telah melihat strain MRSA yang kurang mudah dibunuh oleh vankomisin.

Dalam beberapa kasus, antibiotik mungkin tidak perlu. Sebagai contoh, dokter mungkin menguras abses dangkal yang disebabkan oleh MRSA daripada mengobati infeksi dengan obat-obatan.

sumber:
health.detik
kaskus

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © Kilas Kandar Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur